Garutpos.com – Siswi MAN 4 Jakarta ini memang hebat, dan luar biasa cerdaanya. Ia adalah Kamila Aisya Farisaputri kini sedang mendapat sorotan publik berkat prestasinya yang mampu menembus enam universitas top dunia.
Mulai dari Belanda hingga Kanada seolah berebut kesempatan untuk memberikan pendidikan ke Kamila. Kendati demikian, siapa disangka kalau siswi yang menyukai mata pelajaran matematika ini awalnya sempat tak terlalu memusingkan perihal pendidikannya.
Sejumlah universitas top antara lain University of Groningen – Media Studies, Erasmus University, Rotterdam – International Bachelor Communication and Media, University of Toronto – Communication, Culture, Information, And Technology, University of Waterloo – Global Business and Digital Arts, Carleton University – Media Production and Design, dan Western University – Media, Technology, and Technoculture berebut kesempatan untuk Kamila.
Mengutip dari Indozone.id bahkan, Ia mengaku dijuluki sebagai murid yang hobi tidur karena kerap tertidur saat jam pelajaran berlangsung. Bukan karena terlalu lelah belajar, namun karena sibuk mengikuti kegiatan organisasi sekolah hingga mengorbankan waktu tidur, dan ia sering tertidur di kelas.
“Jadi pas dulu aku sekolah offlinenya tuh kan pas kelas 10, dan pas kelas 10 itu aku terlalu fokus di OSIS. Dan itu salah aku karena aku time managementnya ga bagus, terlalu keasyikan osis. Pulang sering malam, nyampe malem terus begadang lagi, terus pagi-pagi harus sekolah lagi, jadi tidurnya di kelas,” tutur Kamila di kantor Indozone beberapa waktu lalu.
Menyadari hal ini berdampak buruk bagi pendidikannya kelak, Ia pun akhirnya memutuskan untuk menyudahi kegiatan organisasinya dan mulai fokus dalam belajar.
“Tapi ternyata pas udah selesai keluar dari osis aku tetep sama aja tidur di kelas, jadi itu tetap bukan solusinya. Tapi sekarang aku udah coba untuk belajar lah sehari minimal lima jam” lanjutnya.
Diakuinya, sebelum kini berhasil menoreh prestasi diterima universitas di Belanda hingga Kanada, Ia sempat merasa pesimis untuk menggapai mimpinya itu. Namun, entah berasal darimana datangnya Ia sontak merasa terpacu untuk menggapai universitas luar negeri pilihannya.
“Pas sampe kelas 11 tuh aku pikirannya ya udah realistis aja gitu di Indonesia gitu kan. Tapi tiba-tiba akhirnya aku kaya dapet pikiran buat yaudah coba aja ke luar negeri aja,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini tak lepas dari tujuannya sebagai anak tunggal di keluarga yang ingin membanggakan kedua orangtuanya. Kendati harus terpisahkan oleh jarak, namun hal ini pun tak menggoyahkan tekadnya untuk memperjuangkan cita-citanya itu, walau sempat ditentang dengan keras keputusannya oleh sang ibu.
“Awalnya mama juga gak setuju. Karena, aku perempuan dan anak satu satunya di keluarga. cuma karna mama liat akunya bener-bener serius. Aku pernah bikin satu file word isinya daftar kampus luar negeri pilihan aku dan semua detail nya untuk dikirim ke mama papa, dan dari situ akhirnya mereka ngeliat keseriusan aku untuk mau kuliah di luar negeri. Walaupun ujung-ujungnya aku jauh dari mereka, ya tapi aku ngelakuin ini semua ya buat mereka juga,” tandasnya. (*)
